Setelah Aristotiles, orang yang mempelajari embriologi adalah
William Harvey (1578-1657), yang pada tahun 1651 menulis buku “Tentang Generasi Hewan”. Dikatakan
bahwa semua hewan berasal dari telur. Pernyataan ini diperkuat dengan penemuan R. de Graaf (1641-1673), menyatakan
bahwa indung telur (ovarium) pada burung sama dengan indung telur pada kelinci.
Ia juga merupakan peneliti pertama yang mengenal bersatunya sel telur dan
sperma agar terbentuk embrio. De Graf juga membuktikan bahwa sel telur dan
sperma sama- sama membawa bahan genetika untuk keturunannya. Selain itu, A. Van
Leeunwenhook (1677) melihat spermatozoa orang dalam mani (semen).
M.
Schleiden dan T. Schwann (1839) menemukan “teori sel”, yang berbunyi; “sel
adalah unit dasar kehidupan”. Semua hewan dan tumbuhan dibangun atas sel-sel.
Sedangkan R. Virchow (1859) merumuskan pula istilah terkenal: “Omne cellula e
cellula”, sel berasal dari sel yang telah lebih dulu ada. Itu berarti setiap
sel tubuh berasal dari sel kelamin (gamet),
dan setiap sel yang ada sekarang di bumi, baik hewan maupun tumbuhan,
berasal dari sel yang relatif ada di masa purba. Sementara itu Spallanzani
(1729 – 1799) mengatakan, bahwa hasil berkelamin jantan dan betina perlu untuk
mulainya embriogenesis.
Seiring
berkembangnya pengetahuan tentang embriologi, maka para ilmuan banyak
mengeluarkan teorinya masing-masing. Seperti halnya teori yang dikemukakan oleh
Jan Swammerdam, teori ini menganut
teori performasi yaitu, embrio sudah ada dalam telur dan telah terbentuk
sempurna, sebagai miniatur yang terkandung dalam biji.
Pada
abad ke- 18, teori preformasi berkembang dengan baik dan membentuk beberapa
aliran diantaranya menyatakan bahwa ada kekuatan vital dalam benih organisme
dan kekuatan ini menyebabkan pertumbuhan embrio menurut pola perkembangan yang
telah dibentuk sebelumya. Untuk membuktikannya harus dilakukan pengamatan
secara empiris (percobaan). C. F. Wolff (1738- 1794) melaksanakan
pengamatan ini dan mengemukakan teori epegenesis embriologi pada tahun 1759. Ia
sendiri mengkritik teori preformasi dalam bukunya “Teori Generasi” hingga terus berkembangnya ilmu pengetahuan tentang
embriologi.
Pada masa modern ini., ketika wilayah ilmu pengetahuan meluas dan banyak
hakikat terkait dengan isyarat-isyarat Al-Quran yang sebelumnya tidak ia
diketahui. Manusia menjadi bertambah dekat dengan isyarat-isyarat tersebut,
serta banyak sekali yang dilakukan penelitian yang khusus oleh para ilmuan
muslim dan bukan muslim.
Kita dapat melihat salah satu keajaiban Al-Quran adalah tentang proses
penciptaan manusia yang dibuktikan benar oleh sains modern setelah empat belas
abad ia diturunkan. Sungguh membuka pikiran bahwa kita mendapati Al-Quran
menerangkan tahap-tahap pembentukan embrio manusia dengan cara yang tidak
pernah diketahui sebelum abad ke-19 dan ke-20
0 komentar:
Posting Komentar